Selama ini kalau kita berbicara sejarah (Kerajaan Tertua di Indonesia) maka yang pertama kali muncul atau disebut adalah Kutai kemudian Tarumanegara dan seterusnya. Namun bukti sejarah mengatakan bahwa sebelum kedua kerajaan tadi sebenarnya ada kerajaan yang lebih tua, yaitu kerajaan Salakanagara.
Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta -
Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah panitia dengan
ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang
ada di Nusantara. Beberapa ahli dan sejarawan yang telah membuktikan bahwa tatar Banten
memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah Husein
Djajadiningrat, Tb. H. Achmad, Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan banyak
lagi yang lainnya. Selain itu banyak pula temuan-temuan mereka disusun dalam
tulisan-tulisan, ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama seperti
John Miksic, Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar, Claude Guillot,
Ayatrohaedi, Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan mengenai Banten
menjadi tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya dibuat baik dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa Inggris.
Sedangkan menurut naskah Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara, salah satu kerajaan di pulau Jawa adalah Salakanagara yang didirikan pada tahun 52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di Teluk Lada, kota Pandeglang, kota yang terkenal dengan hasil logamnya (Pandeglang dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata-kata panday dan geulang yang artinya pembuat gelang). Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang menjadi kota Merak sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya "membuat perak"). Sebagain lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak, berdasarkan pengucapan kata "Salaka" dan kata "Salak" yang hampir sama. Prasasti yang berumur 1600 tahun yang berasal dari zaman Purnawarman, raja Tarumanagara, yang ditemukan di Kelurahan Tugu, Jakarta. Adalah sangat mungkin bahwa Argyre atau Argyros pada ujung barat yang disebutkan Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis (Ptolemy) dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya “Geographike Hypergesis” adalah Salakanagara. Suatu laporan dari China pada tahun 132 menyebutkan Pien, raja Ye-tiau, meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien. Kata Ye-tiau ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai Javadwipa dan Tiao-pien (Tiao=Dewa, Pien=Warman) merujuk kepada Dewawarman. Kerajaan Salakanagara kemudian digantikan oleh kerajaan Tarumanagara. Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain. Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya. Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.
Banten Kidul banyak sekali cerita yang menyuguhkan tentang sejarah yang sangat menarik untuk di teliti. Salah satunya sejarah Kerajaan Salakanagara yang masih kontraversi para ahli sejarah dan ahli arkeologi. Tapi tempat-tempat seperti situs Cihunjuran,
Citaman, Pulosari dan Ujung Kulon merupakan tempat-tempat yang dapat menyibak dan menyimpan banyak hal tentang keberadaan tentang Kerajaan Salakanagara. Di Cihunjuran misalnya, di tengah hamparan pesawahan terdapat beberapa batu-batu purba (menhir) serta kolam-kolam pemandian purba tepatnya seperti zaman Megalitikum. Bukan hanya batu-batuan dan kolam-kolam purba yang menambah menariknya Cihunjuran, pemakaman Aki Tirem Luhur Mulia atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Angling Dharma dalam nama Hindu dan Wali Jangkung dalam nama Islam (perlu digali lebih jauh karena tahun 150 M agama Islam belum lahir), ukurannya pemakamannya tidak seperti pemakaman pada umumnya ini membuat semakin bertambah nilai eksotik tempat tersebut. Batu Dolmen, tumpukan menhir dan Batu Dakon serta Batu Peta yang sampai saat ini belum ada satu orang pun yang dapat menerjemahkan isi peta tersebut semakin menambah eksotisme nilai sejarah yang ada di situs Cihunjuran. Ditengah rasa kekaguman dan keingintahuan terhadap eksotisme sejarah peninggalan Kerajaan Salakanagara walau tidak banyak keterangan dari tokoh masyarakat, tetua adat dan masyarakat setempat membuat rasa keingintahuan itu pun sedikit terpuaskan dengan adanya keterangan tersebut. Berikut beberapa keterangan dari mereka :
Sumber: http://sepuluhauberalles.blogspot.co.id/2013/09/kerajaan-salakanagarakerajaan-tertua-di.html
Sedangkan menurut naskah Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara, salah satu kerajaan di pulau Jawa adalah Salakanagara yang didirikan pada tahun 52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di Teluk Lada, kota Pandeglang, kota yang terkenal dengan hasil logamnya (Pandeglang dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata-kata panday dan geulang yang artinya pembuat gelang). Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang menjadi kota Merak sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya "membuat perak"). Sebagain lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak, berdasarkan pengucapan kata "Salaka" dan kata "Salak" yang hampir sama. Prasasti yang berumur 1600 tahun yang berasal dari zaman Purnawarman, raja Tarumanagara, yang ditemukan di Kelurahan Tugu, Jakarta. Adalah sangat mungkin bahwa Argyre atau Argyros pada ujung barat yang disebutkan Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis (Ptolemy) dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya “Geographike Hypergesis” adalah Salakanagara. Suatu laporan dari China pada tahun 132 menyebutkan Pien, raja Ye-tiau, meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien. Kata Ye-tiau ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai Javadwipa dan Tiao-pien (Tiao=Dewa, Pien=Warman) merujuk kepada Dewawarman. Kerajaan Salakanagara kemudian digantikan oleh kerajaan Tarumanagara. Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain. Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya. Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.
Banten Kidul banyak sekali cerita yang menyuguhkan tentang sejarah yang sangat menarik untuk di teliti. Salah satunya sejarah Kerajaan Salakanagara yang masih kontraversi para ahli sejarah dan ahli arkeologi. Tapi tempat-tempat seperti situs Cihunjuran,
Citaman, Pulosari dan Ujung Kulon merupakan tempat-tempat yang dapat menyibak dan menyimpan banyak hal tentang keberadaan tentang Kerajaan Salakanagara. Di Cihunjuran misalnya, di tengah hamparan pesawahan terdapat beberapa batu-batu purba (menhir) serta kolam-kolam pemandian purba tepatnya seperti zaman Megalitikum. Bukan hanya batu-batuan dan kolam-kolam purba yang menambah menariknya Cihunjuran, pemakaman Aki Tirem Luhur Mulia atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Angling Dharma dalam nama Hindu dan Wali Jangkung dalam nama Islam (perlu digali lebih jauh karena tahun 150 M agama Islam belum lahir), ukurannya pemakamannya tidak seperti pemakaman pada umumnya ini membuat semakin bertambah nilai eksotik tempat tersebut. Batu Dolmen, tumpukan menhir dan Batu Dakon serta Batu Peta yang sampai saat ini belum ada satu orang pun yang dapat menerjemahkan isi peta tersebut semakin menambah eksotisme nilai sejarah yang ada di situs Cihunjuran. Ditengah rasa kekaguman dan keingintahuan terhadap eksotisme sejarah peninggalan Kerajaan Salakanagara walau tidak banyak keterangan dari tokoh masyarakat, tetua adat dan masyarakat setempat membuat rasa keingintahuan itu pun sedikit terpuaskan dengan adanya keterangan tersebut. Berikut beberapa keterangan dari mereka :
1. Kerajaan Salakanagara Ada Sejak Abad Ke-1, Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan
tertua yang ada di Nusantara. Raja pertama Kerajaan tersebut adalah Dewawarman.
Dewawarman merupakan duta dari Kerajaan India yang diutus ke Nusantara (Pulau
Jawa), kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem Luhur Mulia dengan
Putrinya yang bernama Larasati Sri Pohaci, maka setelah Dewawarman menjadi
menantu dari Aki Tirem Luhur Mulia diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I
(pertama) yang memikul tampuk kekuasaan Kerajaan Salakanagara. Saat menjadi
Raja Dewawarman I dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara.
Kerajaan Salakanagara beribukota di Rajatapura yang sampai tahun 363 menjadi
pusat Pemerintahaan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I-VIII).
2. Nama lain Aki Tirem Luhur Mulia Beliau
merupakan mertua dari penguasa pertama kerajaan Salakanagara. Dewawarman lebih
dikenal oleh masyarakat setempat (Cihunjuran) dengan nama Prabu Angling Dharma
dan Wali Jangkung. Nama inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan apakah
Angling Dharma/Wali Jangkung hanya sebuah cerita rakyat biasa tanpa fakta
ataukah nama Angling Dharma/Wali Jangkung memang benar-benar nama lain dari Aki
Tirem Luhur Mulia? Tapi kalau ini memang benar adanya, lalu samakah Angling Dharma
yang ada di Jawa Tengah dengan Angling Dharma versi masyarakat Cihunjuran?. Ada
satu lagi hal yang menarik yang harus dipertanyakan. Kalau memang Angling
Dharma itu nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia, lalu bagaimana dengan Wali
Jangkung. Bukankah sebutan Wali hanya untuk orang-orang yang memeluk agama
Islam? Lalu apa sebenarnya agama yang dianut oleh Aki Tirem Luhur Mulia? Islam
kah atau Hindu? Apakah Aki Tirem Luhur Mulia (nama asli) beragama Islam atau
Hindu? Tapi dari ritual yang dijalankan oleh masyarakat setempat dapat
diartikan bahwa Aki Tirem Luhur Mulia telah di-Islam-kan oleh penduduk
setempat. Itupula yang membuat saya bertambah heran. Hal tersebut bisa terlihat
dari ritual-ritual, yang dijalankan oleh masyarakat setempat terhadap situs
kerajaan Salakanagara diantaranya: ziarah yang dilakukan di makam Aki Tirem
Luhur Mulia yang menggunakan tata cara Islam mulai dari berwudhu dan
bacaan-bacaan Ziarah.
Namun demikian kita bisa menarik benang
merah tahun 150 Masehi Ajaran Agama Islam belum lahir, apalagi sampai di
Salakanagara, jadi jelas tidak mungkin Aki Tirem beragama Islam atau kita bisa
tarik kesimpulan kalau yang menyatakan Aki Tirem sebagai Wali Jangkung itu
hanyalah dongeng atau bukan sejarah. Hal ini diperkuat lagi dengan ditemukannya
bukti-bukti sejarah dipoint 3.
3.
Bukti-bukti Sejarah Peninggalan Salakanagara:
a.) Menhir Cihunjuran; berupa Menhir sebanyak
tiga buah terletak di sebuah mata air, yang pertama terletak di wilayah Desa
Cikoneng. Menhir kedua terletak di Kecamatan Mandalawangi lereng utara Gunung
Pulosari. Menhir ketiga terletak di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari,
Kabupaten Pandeglang. Tanpa memberikan presisi dimensi dan lokasi
administratif, tetapi dalam peta tampak berada di lereng sebelah barat laut
gunung Pulosari, tidak jauh dari kampung Cilentung, Kecamatan Saketi. Batu
tersebut menyerupai batu prasasti Kawali II di Ciamis dan Batu Tulis di Bogor.
Tradisi setempat menghubungkan batu ini sebagai tempat Maulana Hasanuddin
menyabung ayam dengan Pucuk Umum.
b.) Dolmen; terletak di kampung Batu Ranjang,
Desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Berbentuk sebuah batu
datar panjang 250 cm, dan lebar 110 cm, disebut Batu Ranjang. Terbuat dari batu
andesit yang dikerjakan sangat halus dengan permukaan yang rata dengan pahatan
pelipit melingkar ditopang oleh empat buah penyangga yang tingginya
masing-masing 35 cm. Di tanah sekitarnya dan di bagian bawah batu ada ruang
kosong. Di bawahnya terdapat fondasi dan batu kali yang menjaga agar tiang
penyangga tidak terbenam ke dalam tanah. Dolmen ditemukan tanpa unsur megalitik
lain, kecuali dua buah batu berlubang yang terletak di sebelah timurnya.
c.) Batu
Magnit; terletak di puncak Gunung Pulosari, pada lokasi puncak Rincik Manik,
Desa Saketi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Yaitu sebuah batu yang
cukup unik, karena ketika dilakukan pengukuran arah dengan kompas, meskipun
ditempatkan di sekeliling batu dari berbagai arah mata angin, jarum kompas
selalu menunjuk pada batu tersebut.
d.) Batu
Dakon; Terletak di Kecamatan Mandalawangi, tepatnya di situs Cihunjuran. Batu
ini memiliki beberapa lubang di tengahnya dan berfungsi sebagai tempat meramu
obat-obatan
e.) Air
Terjun Curug Putri; terletak di lereng Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang.
Menurut cerita rakyat, air terjun ini dahulunya merupakan tempat pemandian Nyai
Putri Rincik Manik dan Ki Roncang Omas. Di lokasi tersebut, terdapat aneka
macam batuan dalam bentuk persegi, yang berserak di bawah cucuran air terjun
f.)
Pemandian Prabu Angling Dharma; terletak di situs Cihunjuran Kabupaten
Pandeglang. Menurut cerita rakyat, pemandian ini dulunya digunakan oleh Prabu
Angling Dharma atau Aki Tirem atau Wali Jangkung. Dari keterangan di atas,
dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua yang
ada di nusantara. Hal itu dapat dilihat dari situs-situs peninggalan kerajaan
tersebut. Kerajaan Salakanagara terdapat di Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang, dan situs-situs peninggalannya tersebar di Cihunjuran, Citaman,
Gunung Pulosari, dan Ujung Kulon. Tapi Kerajaan Salakanegara sampai saat ini
masih dalam perdebatan para ahli sejarah dan ahli arkeologi, jadi Kerajaan
Salakanegara adalah sebuah misteri yang cukup menarik untuk di teliti dan
disibak misteri keberadaannya.
0 Response to "Yang Tersembunyi atau Sengaja Disembunyikan?????"
Posting Komentar