“Wangsit
Siliwangi selalu mengundang rasa penasaran, sebab amanat ini penuh misteri.
Salah satu ungkapan dalam wangsit disebutkan kalau pada suatu saat akan ada
yang menelusuri sejarah Sunda yang sebenarnya, hanya semakin menambah rasa
penasaran bagi kita, bahwa sejarah Sunda belum benar-benar terkuak.”
Wangsit Prabu Siliwangi mengandung hakekat yang sangat
tinggi oleh karena di dalamnya digambarkan situasi kondisi sosial beberapa masa
utama dengan karakter pemimpinnya dalam kurun waktu perjalanan panjang sejarah
negeri ini pasca kepergian Prabu Siliwangi (ngahyang/menghilang). Peristiwa itu
ditandai dengan menghilangnya Pajajaran.
Sesuai sabda Prabu Siliwangi bahwa kelak kemudian akan ada banyak orang yang berusaha membuka misteri Pajajaran. Namun yang terjadi mereka yang berusaha mencari hanyalah 0rang-orang sombong dan takabur.
Sesuai sabda Prabu Siliwangi bahwa kelak kemudian akan ada banyak orang yang berusaha membuka misteri Pajajaran. Namun yang terjadi mereka yang berusaha mencari hanyalah 0rang-orang sombong dan takabur.
Seperti
diungkapkan dalam naskah tersebut berikut ini :
”Ti mimiti
poé ieu, Pajajaran leungit ti alam hirup. Leungit dayeuhna, leungit nagarana.
Pajajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ti ngaran pikeun nu mapay. Sabab bukti
anu kari, bakal réa nu malungkir! Tapi engké jaga bakal aya nu nyoba-nyoba,
supaya anu laleungit kapanggih deui. Nya bisa, ngan mapayna kudu maké amparan.
Tapi anu marapayna loba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu arédan heula.”
Artinya :
“Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan bahkan berlebihan kalau bicara.”
“Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan bahkan berlebihan kalau bicara.”
Namun dalam naskah Wangsit Siliwangi ini dikatakan bahwa pada akhirnya yang mampu membuka misteri Pajajaran adalah sosok yang dikatakan sebagai ”Budak Angon” (Anak Gembala). Sebagai perlambang sosok yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi sebagai orang yang baik perangainya.
”Sakabéh
turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing
bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu hadé
laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadéngé.
Mémang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancagé haténa, ka nu weruh di semu
anu saéstu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu
hadé laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi méré céré
ku wawangi.”
Artinya :
”Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri de¬ngan wewangian.”
”Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri de¬ngan wewangian.”
Selanjutnya
dikatakan juga apa yang dilakukan oleh sosok ”Budak Angon” ini sbb :”Aya nu wani
ngoréhan terus terus, teu ngahiding ka panglarang; ngoréhan bari ngalawan,
ngalawan sabari seuri. Nyaéta budak angon; imahna di birit leuwi, pantona batu
satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. Ari ngangonna?
Lain kebo lain embé, lain méong lain banténg, tapi kalakay jeung tutunggul.
Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun,
sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris
loba nu kabuka jeung raréang ménta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba
lalakon, anggeus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon.
Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju
nitis dipindah sukma.”
Artinya :
”Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala; Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng, tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui, tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”
”Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala; Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng, tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui, tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”
Dari bait di atas
digambarkan bahwa sosok ”Budak Angon” adalah sosok yang misterius dan
tersembunyi. Apa yang dilakukannya bukanlah seperti seorang penggembala pada
umumnya, akan tetapi terus berjalan mencari hakekat jawaban dan mengumpulkan
apa yang menurut orang lain dianggap sudah tidak berguna atau bermanfaat. Dalam
hal ini dilambangkan dengan ranting daun kering dan tunggak pohon. Sehingga
secara hakekat yang dimaksudkan semua itu sebenarnya adalah hal-hal yang
berkaitan dengan sejarah kejadian (asal-usul/sebab-musabab) termasuk karya-karya
warisan leluhur seperti halnya yang kita baca ini. Dimana hal-hal semacam itu
karena kemajuan jaman oleh generasi digital sekarang ini dianggap sudah
usang/kuno tidak berguna dan bermanfaat. Pada akhirnya yang tersirat dalam
hakekat perjalanan panjang sejarah negeri ini.
Di dalam
wangsit Sang Prabu Siliwangi juga dikatakan akan munculnya sosok pemimpin
negeri ini dengan ciri-ciri sebagai berikut:
”Laju ngadeg
deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula
jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja; raja anyar hésé
apes ku rogahala!”
Artinya :
”Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan raja dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan raja; penguasa baru susah dianiaya!”
”Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan raja dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan raja; penguasa baru susah dianiaya!”
Siapakah
sosok yang dimaksud dalam bait ini?
Sampai dengan hari ini masih merupakan MISTERI
Selanjutnya setelah berganti masa digambarkan bahwa semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala. Kondisi ini melambangkan pemimpin yang tidak mau mengerti penderitaan rakyat. Memerintah tidak dengan hati tapi segala sesuatunya hanya mengandalkan akal pikiran/logika dan kepentingan pribadi ataupun kelompok sebagai berhalanya. Sehingga yang terjadi digambarkan banyak muncul peristiwa di luar penalaran. Menjadikan orang-orang pintar hanya bisa omong alias pinter keblinger.
Selanjutnya setelah berganti masa digambarkan bahwa semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala. Kondisi ini melambangkan pemimpin yang tidak mau mengerti penderitaan rakyat. Memerintah tidak dengan hati tapi segala sesuatunya hanya mengandalkan akal pikiran/logika dan kepentingan pribadi ataupun kelompok sebagai berhalanya. Sehingga yang terjadi digambarkan banyak muncul peristiwa di luar penalaran. Menjadikan orang-orang pintar hanya bisa omong alias pinter keblinger.
Sumber: http://pusakaprabusiliwangi.com/
0 Response to "Saha Budak Angon Anu Dimaksud Dina Wangsit Siliwangi?????"
Posting Komentar