Dalam carita Parahyangan disebutkan bahwa ada
suatu pemukiman yang mempunyai kekuatan politik penuh seperti halnya sebuah
negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah
Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang kemudian bergelar Rahiyang Tangkuku
atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atauSaunggalah. Seuweukarma menganut
ajaran Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Ajaran Kitab
Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan
Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu.
Pada saat itu masyarakat Kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah
pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama. Berdasarkan sumber
carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia
harus mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga
tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali
pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan
tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini
menjalankan pemerintahan menurut adat tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai
Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selaku pemegang kepala
adat, Sang Resiselaku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan.
Makanya Kerajaan Kuningan waktu dikendalikan tokoh ‘Triumvirat’ ini berada
dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, tata tentrem kerta raharja, karena
masing-masing dijalankan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tata aturan
hukum/masalah adat selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan/agama
begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Ketika Kuningan diperintah Resiguru Demunawan pun
(menantu Sang Pandawa), Kerajaan Kuningan memiliki status sebagai Kerajaan
Agama (Hindu). Hal ini nampak dari ajaran-ajaran Resiguru Demunawan yang
mengajarkan ilmu Dangiang Kuning-keparamartaan, sehingga Kuningan waktu menjadi
sangat terkenal. Dalam naskah carita Parahyangan disebutkan kejayaan Kuningan
waktu diperintah Resiguru Demunawan atau dikenal dengan nama lain Sang
Seuweukarma (penguasa/pemegang Hukum) atauSang Ranghyangtang Kuku/Sang Kuku,
kebesaran Kuningan melebihi atau sebanding dengan Kebesaran Galuh dan Sunda
(Pakuan). Kekuasaannya meliputi Melayu, Tuntang, Balitar, dan sebagainya. Hanya
ada 3 nama tokoh raja di Jawa Barat yang berpredikat Rajaresi, arti seorang
pemimpin pemerintahan dan sekaligus ahli agama (resi). Mereka itu adalah:
1. Resi Manikmaya dari Kerajaan Kendan (sekitar
Cicalengka - Bandung)
2. Resi Demunawan dari Saunggalah Kuningan
3. Resi Niskala Wastu Kencana dari Galuh Kawali
Perkembangan kerajaan Kuningan selanjutnya seakan
terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu
menganut agama Hindu di bawah pimpinan Rakean Darmariksa dan merupakan daerah
otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran.
Cirebon juga pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan Pajajaran, namun
pada abad ke-15 Cirebon sebagai kerajaan Islam menyatakan kemerdekaannya dari
Pakuan Pajajaran.
Sumber : https://id.wikipedia.org
0 Response to "Kejayaan Kuningan yang Terlupakan..........."
Posting Komentar