Membaca adalah perintah pertama yang diperintahkan Allah SWT kepada umat Islam melalui Baginda Nabi Muhmmad SAW. Tidak terbantahkan lagi bahwa kemampuan membacalah yang dapat merubah dunia ini. Dengan membaca akan terbukalah semua yang tersembunyi dan akan berubah jadi terang benderang apa yang tadinya gelap gulita.
Mengajarkan membaca
untuk usia dini masih menimbulkan pro dan kontra sampai saat ini. Sistem
pendidikan di Indonesia antara prasekolah atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dengan Sekolah Dasar tampak tidak selaras. Di satu pihak, Kementerian
Pendidikan tidak membolehkan murid-murid prasekolah diajarkan calistung (baca,
tulis, hitung), tetapi di lain pihak tak sedikit SD yang menyeleksi murid baru
dengan tes baca tulis.
Tentunya kita tak perlu ikut hanyut pada
polemik ini. Pada prinsipnya, muatan apa pun (termasuk membaca) dapat
diajarkan kepada anak (dalam hal ini prasekolah), selama teknik
pengajaran yang digunakan sesuai dengan dunia anak-anak dan tidak ada unsur
pemaksaan. Hal lain yang perlu dicermati, titik berat pengajaran membaca
untuk anak usia prasekolah, bukan pada kegiatan membaca itu sendiri, melainkan
pada menumbuhkan minat baca. Minat baca inilah yang akan menjadi cikal bakal
apakah anak kita akan menjadi orang yang rajin membaca atau sebaliknya.
Beberapa hal yang yang perlu
diperhatikan saat akan mengajarkan membaca pada anak :
1. Ingat, mereka adalah
anak-anak, bukan orang dewasa seperti kita. Pilihlah metode pengajaran
yang sesuai dengan kapasitas usianya.
2. Gunakan teknik yang
menarik anak agar anak tidak cepat bosan.
3. Hindari hal-hal yang
dapat menganggu konsentrasi pada saat anak belajar membaca, seperti suara teve.
4. Catat setiap sesi
“belajar” dan kemajuan yang ada untuk dianalisis sebagai bahan mengajar lebih
jauh.
Ada berbagai metode belajar membaca, salah
satunya adalah sistem fonik (bunyi). Anak tidak diajarkan nama-nama huruf,
melainkan bunyi-bunyi huruf. Lambang huruf akan dikaitkan dengan bunyinya.
Contoh, “a” dibunyikan “aa…”, “t”– “tah”, “s”– “ss”, “u”– “uu...” atau
“z” – “zz…”, dan sebagainya.
Setelah anak tahu hubungan tiap-tiap huruf dengan bunyinya, selanjutnya
diperkenalkan pada suku kata. Misalnya, “ba”, ”da”, ”tu”, ”ka”, ”lu”, ”mi”, dan
sebagainya. Kemudian baru suku-suku kata ini digabung menjadi kata, seperti
“mama”, “papa”, “batu”, dan sebagainya. Seterusnya anak diberi latihan membaca
yang sederhana.
Satu hal penting,
berhentilah sebelum anak bosan. Bila anak sudah tampak tidak tertarik, tak
perlu memaksanya melanjutkan belajar. Dalam hal ini, orangtua
jangan sekadar menjadi ”guru” yang hanya memerintah ini dan itu, namun
jadilah teman bagi anak. Bermainlah bersamanya, menarilah bersama, bernyanyilah
bersama. Tak perlu anak diajak seharian belajar membaca. Jangan lupa, suasana
yang fun dan tidak membebani anak akan membuatnya lebih
menikmati proses belajar membaca ini.
Masih banyak tips dan
metode untuk mengajarkan membaca pada anak, intinya ajarkan membaca pada anak
tanpa harus memaksanya biarkan membaca menjadi hal yang digemari dan dilakukan
dengan senang hati. Perbanyaklah sumber bacaan anak di rumah tentunya yang
sesuai dengan usianya dan kegemarannya.
Semoga
bermanfaat...................
Ref: http://belajarmembaca.co.id
0 Response to "AJARKAN ANAK MEMBACA SEJAK DINI"
Posting Komentar